Fluktuasi pasar saham baru-baru ini bukan sekadar kegelisahan sementara—tetapi mencerminkan meningkatnya risiko sistemik di seluruh perekonomian global. Situasinya bukan hanya mengenai satu ancaman, melainkan konvergensi beberapa faktor, mulai dari gelembung spekulatif di bidang teknologi dan kripto hingga tingkat utang yang tidak berkelanjutan dan perubahan kebijakan yang tidak dapat diprediksi.
Booming AI dan Volatilitas Kripto
Aliran modal ke dalam kecerdasan buatan (AI) menciptakan kondisi yang mirip dengan mania pasar di masa lalu. Miliaran dana dikucurkan ke sektor yang, meskipun menjanjikan, namun membawa ketidakpastian yang signifikan. Pada saat yang sama, integrasi mata uang kripto ke dalam perbankan tradisional semakin cepat meskipun harganya mengalami perubahan yang ekstrem. Kombinasi ini sangat memprihatinkan karena volatilitas kripto dapat meluas ke sistem keuangan yang lebih luas, mengingat meningkatnya koneksi ke lembaga-lembaga arus utama. Kebangkrutan bank bayangan yang terjadi baru-baru ini menggarisbawahi risiko praktik pemberian pinjaman yang tidak diatur.
Utang dan Ketidakpastian Kebijakan
Selain gelembung spekulatif, pemerintahan—khususnya Amerika Serikat—memiliki beban utang yang tinggi dalam sejarahnya. Hal ini membuat perekonomian lebih rentan terhadap guncangan. Ketidakpastian kebijakan ekonomi AS menambah lapisan risiko lainnya. Perubahan kebijakan yang dilakukan mantan Presiden Trump, ditambah dengan potensi tantangan hukum terhadap tarif perdagangan (seperti yang diberlakukan pada masa pemerintahannya), menambah ketidakpastian dalam lanskap global.
Paradoks Optimisme Pasar
Meskipun terdapat hambatan-hambatan ini, pasar saham masih tetap tinggi. S&P 500 masih naik sekitar 14% tahun ini. Namun, ekonom Harvard Kenneth Rogoff memperingatkan bahwa optimisme ini tidak tepat sasaran. Ia berargumentasi bahwa valuasi saham yang tinggi tidak didorong oleh pertumbuhan ekonomi yang sebenarnya, namun oleh antisipasi pengurangan tenaga kerja di perusahaan. Perusahaan mengharapkan AI untuk meningkatkan keuntungan dengan mengurangi tenaga kerja, itulah sebabnya harga saham mereka sesuai.
“Sebagian besar harga saham yang tinggi tidak mencerminkan pertumbuhan yang tinggi di masa depan… Semua perusahaan mengira mereka akan kehilangan banyak tenaga kerja, dan itulah sebabnya keuntungannya akan tinggi.”
— Kenneth Rogoff
Hal ini berarti bahwa keuntungan pasar mungkin dibangun di atas ekspektasi akan meluasnya perpindahan pekerjaan, sebuah kenyataan suram yang ditutupi oleh optimisme yang dangkal. Situasi ini menunjukkan bahwa volatilitas kemungkinan akan terus berlanjut, dan reli pasar saat ini mungkin tidak akan berkelanjutan karena risiko-risiko mendasar ini menjadi semakin nyata.
Pada akhirnya, konvergensi faktor-faktor ini menciptakan lingkungan yang sangat tidak stabil dimana guncangan sistemik semakin mungkin terjadi. Volatilitas rendah yang diamati pada periode-periode sebelumnya merupakan sebuah anomali—dan pergeseran pasar baru-baru ini menunjukkan kembalinya penilaian risiko yang lebih realistis.
